Rapat Koordinasi Pengembangan Koleksi Nasional 2024: Mendorong Inklusivitas dan Mutu Bahan Perpustakaan

Jakarta, 18-19 Juli 2024 – Rapat Koordinasi Pengembangan Koleksi Nasional 2024 dengan tema “Bahan Perpustakaan Bermutu & Inklusif” sukses diselenggarakan secara luring di Hotel Borobudur, Jakarta. Acara ini menghadirkan berbagai pembicara ternama yang membahas strategi dan inovasi dalam pengembangan koleksi perpustakaan nasional.

Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., Plt. Kepala Perpustakaan Nasional RI, membuka sesi pertama dengan menekankan pentingnya koleksi perpustakaan bermutu. Ia menggarisbawahi strategi inklusivitas dalam perpustakaan serta pentingnya kolaborasi nasional dan internasional untuk  memperkaya koleksi perpustakaan.

Teuku Maimun Riza S.IP., M.Si, Analis Kebijakan Muda Ditjen Bina Pembangunan Desa, Kemendag RI, melanjutkan dengan memaparkan peran perpustakaan dalam pembangunan desa. Ia menyoroti program literasi desa dan dukungan pemerintah dalam pengembangan perpustakaan desa sebagai bagian integral dari pembangunan berkelanjutan.

Shahandra Hanitiyo, S.IP., M.Si, Direktur Pengembangan Strategi & Kebijakan Pengadaan Khusus 

LKPP, menekankan pentingnya pengadaan bahan perpustakaan yang bermutu. Ia menjelaskan  proses pengadaan yang efisien dan kebijakan pengadaan khusus untuk memastikan mutu koleksi perpustakaan.

Dra. Hj. Nurliani, M.AP, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Selatan, memfokuskan pada pengembangan perpustakaan daerah. Ia menekankan inklusi sosial dalam layanan perpustakaan dan pentingnya kolaborasi dengan pemerintah daerah serta masyarakat.

Orisa Mahardhini, S.Sos., M.Hum., Kepala Perpustakaan Universitas Multimedia Nusantara, menutup sesi dengan membahas peran perpustakaan perguruan tinggi. Ia menguraikan strategi digitalisasi perpustakaan dan kolaborasi akademik untuk memperkaya sumber daya belajar.

Pada sesi tanya jawab, Tiko Dhafin Rizky dari Universitas YARSI mengajukan pertanyaan terkait film dokumenter sejarah Radio Rimba Raya, sebuah radio perjuangan masa PD II yang belum diakui sebagai memori kolektif bangsa meski telah diajukan oleh DPK Aceh dan ANRI pada tahun 2022.

Teuku Maimun Riza S.IP., M.Si menanggapi bahwa proses awal dalam pengelolaan Radio Rimba Raya adalah identifikasi dan inventarisasi koleksi sejarah yang dimiliki. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dengan lembaga arsip nasional, perpustakaan nasional, dan institusi pendidikan untuk pengelolaan dan penyebaran informasi terkait Radio Rimba Raya.

Shahandra Hanitiyo, S.IP., M.Si menambahkan bahwa pengadaan bahan sejarah harus dilakukan dengan transparan dan efisien. Ia mengusulkan kriteria pemilihan bahan sejarah yang mencakup nilai kesejarahan, keaslian, kondisi fisik, dan relevansi sebagai bagian dari memori kolektif bangsa. Program edukasi dan sosialisasi juga penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Radio Rimba Raya sebagai bagian dari sejarah bangsa.

Rapat Koordinasi Pengembangan Koleksi Nasional 2024 berhasil menjadi wadah diskusi dan kolaborasi untuk meningkatkan kualitas dan inklusivitas koleksi perpustakaan di Indonesia. Dengan berbagai strategi dan inovasi yang diusulkan, diharapkan perpustakaan di seluruh Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pendidikan dan kebudayaan nasional. (Zuhri)